Powered by Blogger.
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Yasya Indra Blog

Éclairage et ingénierie


Pagi ini gua bangun kesiangan, padahal gua ada janji sama temen, Mas Topik untuk jemput dia berangkat ngaji bareng. Serius, gua sama sekali gak berniat bikin dia menunggu nunggu, gua orangnya insecure dan gampang panik soal menyelesihi janji. Penyebab gua bisa jadi begini, bisa jadi karena gua sering php sepanjang kehidupan gua, sehingga gua gak mau kebiasaan jelek ini terus terjadi
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hal yang paling sering gua lupakan adalah meminum air. Kadang kalau tiba tiba teringat untuk minum, air putih tidak menjadi minuman pertama yang harus gua tenggak, justru yang gua utamakan adalah minuman minuman dengan pemanis buatan, meskipun sebenernya gua tahu itu bisa merusak kesehatan secara perlahan

Sebenarnya bokap sering ngingetin gua untuk selalu minum, minimal minum air putih dua liter katanya. Bokap bisa bilang begitu karena ia memperhatikan gua gak pernah membuka kulkas sesekali untuk minum atau mengambil segelas air putih dari dispenser.

Gua amat lupa akan semua hal itu. Di saat banyak sekali akitifitas seperti rebahan, ngeledekin adek, dan melamun, minum air putih minimal dua liter menjadi hal yang sering kali diabaikan. Jangankan ngingetin doi buat makan, gua pun untuk urusan minum air putih kerap kali ceroboh.

Hal ini kian menjadi. Apalagi, akhir akhir ini gua lagi edan minum kopi tiap malem, siang dan pagi. Minum kopi itu adiktif sekali ternyata (kalau ditambah dengan menghisap rokok, gua harap gak seadiktif mengkonsumsi kokain atau ganja), kopi bisa memberikan energi, semangat dan ide yang berlimpah limpah. Walaupun, sesekali kopi udah gua abisin duluan sebelum codingan tercompile. (baca: terkompail)

Hal ini terus terjadi, sampai gua ketika gua buang air kecil, gua melihat dengan dua mata kepala gua sendiri, , yang mengalir adalah air seni berwarna hitam pekat layaknya kopi. Gua kaget, gua khawatir jangan jangan gua terkena penyakit gagal ginjal atau semacamnya. Gua takut ginjal gua rusak, berpenyakit

Awalnya gua diem aja. Lagi pula, ketika air seni aneh itu keluar, gua gak merasakan sakit apa apa, gua kira ketika gua sering minum air putih , air kencing gua bakalan normal lagi. Dan alhamdulilah dugaan gua benar. Untuk kesekian kalinya gua buang air kecil, urin gua semakin bening.

Hingga pada suatu hari, ketika matahari mulai terbenam, dan mega merah mulai bergeliat. Gua merasakan rasa sakit perut hebat. Bukan sakit perut biasa. Sakit perut ini tidak menyebabkan buang air besar, sakit perut ini seolah berbicara ada yang salah di pinggang sebelah kiri gua. Rasa sakitnya juga menjalar hingga ke kemaluan bagian bawah. Akhirnya gua cerita ke nyokap gua, termasuk urin gua yang berubah menjadi air kopi

Rasa sakit itu mulai menjadi jadi, gua gak bisa lagi mengelak, akhirnya bokap dan nyokap membawa gua ke IGD malam itu juga, padahal ada jadwal ngaji di mushola terdekat.

Gua dibonceng bokap menggunakan motor matik yang sering keluar suara dredet dredet ketika melintasi jalanan rusak. Di atas motor gua menahan rasa sakit, pinggang sebelah kiri susah sekali diajak kompromi untuk tenang sejenak.

Gua akhirnya masuk ke ruang IGD, suster yang gua rasa parasnya cantik karena sebagian wajahnya tertutup masker, memasukkan termometer ke ketiak gua lewat kerah baju. Gua cuma bisa diam kebingungan, kesakitan, diliatin juga sama pasien yang lain.

Lalu gua disuruh berbaring, datanglah dokter yang gak terlalu tua dan tak terlalu muda, dia bertanya apa keluhan gua, gua menceritakan semuanya mulai dari rasa sakit di perut, hingga ke kemaluan, ia seolah olah mengerti lalu mengetes rasa sakit yang gua rasa dengan memukul punggung gua ke beberapa sisi, hingga gua merasa sisi sebelah kiri bawah adalah sisi yang paling menyakitkan jika dipukul.

Setelah dokter itu pergi, lalu datanglah suster yang gua rasa bukan suster yang barusan, karena bentuk  pinggulnya berbeda dan suaranya lebih halus. Dia menyuntikkan gua obat penghilang rasa sakit di lengan sebelah kiri. Nyokap ada di sebelah kanan. Setelah yakin semua cairan masuk ke dalam tubuh gua, Suster mencabut suntikan itu, terus gua tahan bekas suntikan dengan kapas anti septik.

Kata dokter sebelum ia meninggalkan gua, gua harus menjalani cek urin. Gua sudah menerima botol cangkir untuk menampung urin, kata nyokap cangkir itu jangan diisi urin penuh penuh. Katanya, nanti jijik bagi yang liat. Gua patuhi omongan itu, ya gimana lagi, kita ga boleh bantah omongan orang tua.  Waktu di dalam kamar mandi, gua buanglah urin yang sedikit telah tertahan,  ketika gua menengok kebawah tempat kemana air kencing yang gua keluarkan jatuh,  gua terperanjak kaget, awalnya gua mengira gua akan kencing dengan urin terlihat normal, ternyata tidak, gua mengeluarkan urin berwarna merah pekat. Seandainya gua lemah mental, gua bisa pingsan di tempat dan orang orang yang mengevakuasi gua, bisa mengira gua sedang menstruasi. Tapi mau ga mau gua harus mengambil mili semili urin merah ini. Gua keluar dengan perasaan bersalah, juga menahan malu. Gua mencuci bagian luar cangkir itu dengan air mengalir, lalu mengantonginya di jaket lengan. Gua berjalan menuju tempat tidur UGD yang saat itu ada bokap sedang menunggu

Gua bilang dengan bisik bisik
"Pak, masa kencingnya merah?"
"Lah?? Darah dong!?", reaksi bokap
Gua jadi tambah panik, "gimana pak aku malu"
"Ya udah biar bapak yang ngasih"
Akhir nya bokap berjalan menuju meja doktor tertentu, karena saking bingungnya bokap ia bergumam mengatakan "merah, merah, merah, merah", sambil membawa cangkir berisi urin itu. Gua tambah malu dan ga enakan sama pasien yang lain. Tapi mengingat  ini adalah ruang IGD, gua yakin pasti ada kejadian yang lebih aneh dari pada ini sebelumnya, setelah itu gua  ga peduli

Gua cuma bisa berbaring, nyokap dateng di samping gua. Ia bertanya bagaimana kelanjutannya, gua bilang urin gua yang warnanya merah itu kini sedang diuji. Gua harap, urin itu tak menjadi anomali  dalam kesehatan dunia medis.

Semakin lama berbaring, semakin gua menyadari kalau gua udah ga merasakan sakit apapun. Gua pun berfikir gimana baiknya kalau kita pulang sekarang juga, lalu gua mengutarakan itu ke nyokap
"Mak kok udah ga sakit. Pulang aja yuk"
"Lah kamu kayak bapak aja. Kemaren juga gitu waktu sakit hepatitis, pas udah disuntik terus rasa sakitnya ilang, malah minta pulang"
Emang bapak sama anak, bagaikan buah tak jatuh dibelah dua.

Hasil tes urinnya sudah keluar. Gua, nyokap, dan bokap melihat surat hasil tes itu dengan tatapan ingin memahami. Seperti sepasang orang tua yang ingin menyimpulkan hasil rapot anaknya. Disitu tertulis ada semacam istilah yang mengatakan gua punya kadar tinggi. Tapi untuk benda benda dengan istilah yang gua kurang familiar, semuanya normal. Gua cuma bisa berasumsi ada semacam infeksi atau pendarahan saluran kemih gua, yang membuat air kencing yang gua keluarkan berwarna merah. Btw jangan diterima dulu, ini baru asumsi sotoy gua

Sejak kejadian malam itu gua merutinkan minum air putih. Setidaknya dua botol tupperware sehari, mamak meyakini botol tupperware adalah takaran paling akurat di muka bumi ini mengalahkan liter dan galon.

Sekarang rasa sakit itu mulai hilang, air seni gua juga sudah berwarna sebagaimana seharusnya. Tantangan selanjutnya adalah gua gak boleh lupa minum obat dan makan, dan olah raga, dan ngblog dan mikirin dia yang sama sekali gak pernah mikirin aku. Dih
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


A.    Pengertian Diksi
Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat dan selaras untuk menyatakan atau mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Ada beberapa pengertian diksi di antaranya adalah membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis, untuk mencapai target komunikasi yang efektif, melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal, membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Dalam KBBI (2002) diksi diartikan sebagai pilihan kata yanng tepat dan selaras dalam penggunaanya untuk menggungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.
Menurut seorang ahli Widyamartaya (1990) menjelaskan bahwa diksi adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya dan diksi atau pilihan kata selalu mengandung ketepatan makna dan kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada pada pembaca atau pendengar.
Menurut Achmadi (1990) Memberikan definisi diksi adalah seleksi kata-kata untuk mengekspresikan ide atau gagasan dan perasaan.
Menurut Enre (1988) Menjelaskan bahwa diksi ialah pilihan kata dan penggunaan kata secara tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat.

B.   Fungsi Diksi
      Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.

C.   Manfaat Diksi
      Manfaat diksi yakni agar pembaca atau pendengar bisa membedakan secara baik terhadap kata-kata denotatif, konotatif, sinonim, antonim, dan juga kata yang hampir memiliki ejaan yang mirip. Sedangkan bagi penulis, diksi bermanfaat agar penulis bisa membedakan kata-kata yang di tulisnya sendiri dan kata-kata yang dikutipnya dari orang lain
.
D.   Ciri-Ciri Diksi
   Adapun ciri-ciri diksi diantaranya :
1)      Tepat dalam pemilihan kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang diamanatkan
2)      Dapat digunakan untuk membedakan secara tepat nuansa makna dan bentuk yang sesuai dengan gagasan dan situasi serta nilai rasa pembaca.
3)      Menggunakan pembendaharaan kata yang dimiliki masyarakat bahasanya dan dapat menggerakan dan memberdayakan kekayaan tersebut menjadi jaring kata yang jelas.
E. Jenis-Jenis Diksi
Jenis Diksi Berdasarkan Maknanya :
1)      Makna Denotatif
Denotatif berarti makna asli, makna asal, atau makna yang sebenarnya dari suatu kalimat atau kata.
                        Contohnya:
a)      Shinta sangat “gemar membaca”, maka tidak heran jika dia pintar dan berpengetahuan luas.
b)      Arman terlihat senang, mungkin dia sedang mendapat “keuntungan yang melimpah”.
c)      Badan helen sangat kurus (Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil dari ukuran badannya normal)
2)   Makna Konotatif
Konotatif, yaitu menyatakan makna yang mempunyai arti bukan yang sebenarnya dari suatu kalimat atau kata.
                        Contohnya :
a)      Adnan “banting tulang”, bekerja pagi sampai sore untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. (kata “banting tulang” diartikan bahwa Adnan bekerja keras).
b)      Rima adalah murid yang “kutu buku” jadi tidak heran jika dia pintar dan berpengetahuan luas. (kata “kutu buku” diartikan bahwa Rima gemar membaca buku).
c)      Tama sangat bahagia, mungkin dia sedang mendapat “durian runtuh”. (kata “durian runtuh” diartikan bahwa Tama mendapat keuntungan melimpah).


Jenis Diksi Berdasarkan Leksikal :
1)      Sinonim
Sinonim adalah kata yang memiliki makna sama. dengan kata lain,sinonim adalah persamaan kata.

Contohnya :
a) Bahagia = Senang
b) Matahari = Mentari
c) Cantik = Elok
2)  Antonim
Antonim adalah kata yang memiliki makna yang berlawanan. Dengan kata lain, antonim adalah perbedaan kata.
Contohnya :
a) Naik><Turun
b) Besar><Kecil
c)Banyak ><Sediki
3)  Homonim
Homonim adalah kata yang memiliki makna berbeda, namun lafal atau ejaannya sama.
                 Contohnya :
a)   Pada awal Bulan, ayah selalu menerima upah kerja.
b)   Bulan purnama terlihat sangat jelas karena langit tidak berawan.
  Kata “Bulan”, pada kalimat pertama dan kedua kata tersebut memiliki lafal dan ejaan yang sama namun maknanya berbeda. Jika pada kalimat pertama menunjukan tanggal, sedangkan kalimat kedua menunjukan bulan di langit.
4)  Homofon
Homofon adalah kata yang memiliki makna dan ejaan berbeda, namun memiliki lafal yang sama.
Contohnya :
a)      Rima rajin menabung di Bank.
b)      Bang Dimas merupakan kakak Rima
  Kata “Bank” dan “Bang”, memiliki lafal yang sama namun memiliki ejaan dan makna berbeda. Pada kalimat pertama menunjukan tempat, sedangkan kalimat kedua menunjukan arti saudara.
5)  Homograf
Homograf adalah kata yang memiliki makna dan lafal yang berbeda, tapi memiliki ejaan yang sama.
      Contohnya :
a)      Dila sedang makan Tahu goreng di warung.
b)      Dila tidak Tahu bahwa hari ini hari Selasa
  Kata “Tahu” pada kedua kalimat diatas memiliki ejaannya sama. Pada kalimat pertama menunjukan makanan dan kalimat kedua menunjukan lupa akan hari.
6) Polisemi
Polisemi adalah kata yang memiliki banyak arti.
Contohnya :
a)      Menabung di bank, maka akan mendapatkan Bunga.
b)      Rima adalah bunga desa di kampung ini.
7) Hipernim dan Hiponim.
    Hipernim adalah kata yang mewakili banyak kata lain. Jadi sebuah kata hipernim bisa menjadi kata umum dari penyebutan kata lainnya. Sedangkan Hiponim adalah kata yang terwakili artinya oleh sebuah kata hipernim.
Contohnya :
a)      Di hutan banyak berbagai macam binatang liar, contohnya seperti harimau, srigala, macan tutul, rusa, kera, dan lain sebagainya
Kata hipernim: Binatang liar. Sedangkan kata hiponim: harimau, srigala, macan tutul, rusa, kera, dan lain sebagainya.


F. Syarat-Syarat Diksi
Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi syarat, seperti:
a) Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
b) Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
c) Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti
Contoh Paragraf:
a)   Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku. Udara disana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kami pun pulang tak lama kemudian
b)   Liburan kali ini Aku dan teman-teman berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari disana, kami pulang dengan hati senang.
c)Kedua paragraf diatas punya makna yang sama. Tapi dalam pemilihan diksi pada contoh paragraf kedua menjadi enak dibaca, tidak membosankan bagi pembacanya.




G. Pembentukan Kata Dalam Diksi
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.

H. Kata Ilmiah, Kata Populer, Kata Jargon, Dan Kata Slang
a)      Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat diterjemahkan ke dalam    bahasa Indonesia.
b)      Kata popular adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari masyarakat umum.
Berikut adalah contoh dari kata ilmiah dan kata popular :
Kata Ilmiah
Kata Popular
Analogi
Frustasi
Prediksi
Kontradiksi
Anarki
kiasan
rasa kecewa
ramalan
pertentangan
kekacauan
c)  Jargon adalah kata-kata yang mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau tutur yang dianggap aneh kata ini juga merupakan kata sandi/kode rahasia untuk kalangan terterntu (dokter,militer,perkumpulan rahasia,ilmuwan dsb).
Contohnya :populasi, volume, abses, H2O, dan sebagainya.
d)  Kata slang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau kadang berupa pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang makna yang lain. Kata-kata ini bersifat sementara,kalau sudah teras usang hilang atau menjadi kata-kata biasa.
Contohnya :asoy,  mana tahan  dan sesuatu ya .



I. Pilihan Kata Dan Penggunaan Diksi
1). Kata dari dan daripada
Contohnya :
a)      Kertas itu terbuat dari kayu jati (keterangan asal)
b)      Peristiwa itu timbul dari peristiwa seminggu yang lalu (keterangan sebab)
c)      Buku itu ditulis dari pengalamanya selama di Jerman (menyatakan alasan)
2). Kata pada dan kepada
Contohnya :
a)      Buku catatan saya ada pada Astuti (pengantar keterangan)
b)      Saya ketemu dengan dia pada suatu sore hari. (keterangan waktu)
3). Kata di dan ke
Contohnya :
a)      Atika sedang berada di luar kota  (fungsi kata depan di)
b)      Di saat usianya suadah lanjut, orang itu semakin malas belajar (keterangan waktu)
4). Kata dan dan dengan
Contohnya :
a)      Ayah dan Ibu pergi ke Jakarta kemarin
b)      Ibu memotong kue dengan pisau
5). Kata antar dan antara
Contohnya :
a)      Kabar ibu belum pasti,antara benar dan tidak (menyataan pemilihan)
b)      Dia akan tiba antara jam 04.00 sampai jam 06.00 (jangka waktu)




J. Gaya Bahasa
1) Pengertian Gaya Bahasa
Gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian dalam menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah.
Karena perkembangan itu, gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian fakta, frasa atau klausa tertentu. Sebab itu, persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan : pilihan kata secara individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan.
Walaupun kata style berasal dari bahasa Latin, orang Yunani sudah mengembangkan sendiri teori-teori mengenai style itu. Ada dua aliran yang terkenal, yaitu :
a)      Aliran Platonik: menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan, menurut mereka ada ungkapan yang memiliki style, ada juga yang tidak style.
b)      Aliran Aristoteles: menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas yang inheren, yang ada dalam ungkapan.
Dengan demikian, aliran Plato mengatakan bahwa ada karya yang memiliki gaya dan ada karya karya yang sama sekali tidak memiliki gaya. Sebaliknya, aliran Aristoteles mengatakan bahwa semua karya memiliki gaya, tetapi ada karya yang memiliki gaya yang tinggi ada yang rendah, ada karya yang memiliki gaya yang kuat ada yang lemah, ada yng memiliki gaya yang baik ada yang memiliki gaya yang jelek.
 Bila kita melihat gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya. Dengan menerima pengertian ini maka kita dapat mengatakan “cara berpakaiannya menarik perhatian banyak orang”, “Cara menulisnya lain dari pada kebanyakan orang”, “Cara jalannya lain dari pada yang lain”, yang memang sama artinya dengan “gaya berpakaian”, “gaya menulis” dan “gaya berjalan”. Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak dan kemampuan seseorang yang menggunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya, semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian diberikan kepadanya.
Akhirnya style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang diperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).

2) Gaya Bahasa Berdasarkan Pemilihan Kata
Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. Dalam bahasa standar (baahasa baku) dapatlah dibedakan : gaya bahasa resmi (bukan bahasa resmi), gaya bahasa tak resmi dan gaya bahasa percakapan.
a)   Gaya Bahasa Resmi Gaya bahasa resmi adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan dalm kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang digunakan oleh mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Amanat kepresidenan, berita negara, khotbah-khotbah mimbar, pidato-pidato yang penting, artikel-artikel yang serius, atau esei yang membuat subyek-subyek yang penting, semuanya dibawakan dengan bahasa resmi.
b)      Gaya Bahasa Tak Resmi Gaya bahasa tak resmi juga gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. Gaya ini biasanya dipergunakan dalam karya-karya tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau bulanan yang baik, dalam perkuliahan, editorial, kolumnis dan sebagainya. Singkatnya gaya 13 bahasa tak resmi adalah gaya bahasa yang umum dan normal bagi kaum terpelajar. Menurut sifatnya, gaya bahasa tak resmi ini dapat juga memperlihatkan suatu jangka variasi, mulai dari bentuk informal yang paling tinggi (yang sudah bercampur dan mendekati gaya resmi) hingga gaya bahasa tak resmi yang sudah bertumpang tindih dengan gaya bahasa percakapan kaum terpelajar.
c)      Gaya Bahasa Percakapan Sejalan dengan kata-kata percakapan, terdapat juga gaya bahasa percakapan. Dalam gaya bahasa ini, pilihan katanya adalah kata-kata populer dan kata-kata percakapan. Kalau dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan gaya bahasa tak resmi, maka gaya bahasa percakapan ini dapat diumpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport. Itu berarti bahasanya masih lengkap untuk suatu kesempatan, dan masih dibentuk menurut kebiasaan-kebiasaan, tetapi kebiasaan ini agak longgar bila dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan gaya bahasa tak resmi.




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kreativitas dalam memilih kata merupakan kunci utama pengarang dalam menulis gagasan atau ungkapan. Penguasaan dalam pengolahan kata juga merupakan kunci utama dalam menghasilkan tulisan yang indah, dapat dibaca serta ide yang ingin disampaikan penulis dapat dipahami dengan baik.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya baik. Pembentukan kata atau istilah adalah kata yang mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa diksi mempunyai persamaan yaitu sama-sama penulis ingin menyampaikan sesuatu di hasil karya tulisannya dengan maksud agar pembaca dapat memahami maksud dan tujuan penulis.
Diksi merupakan bagian penting dalam pembuatan sebuah karya ilmiah karna karangan atau karya ilmiah yang baik bukan hanya dilihat dari isi karya ilmiah tersebut tetapi juga dilihat dari pemilihan kata yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah tersebut.
A.  Saran
Penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dalam pembuatan makalah ini mengenai pengetahuan diksi. Penulis menyarankan kepada semua pembaca untuk mempelajari pengolahan kata dalam membuat kalimat. Dengan mempelajari diksi diharapkan  mahasiswa dan mahasiswi memiliki ketetapan dalam menyampaikan dan menyusun suatu gagasan agar yang disampaikan mudah dipahami dengan baik


DAFTAR PUSTAKA

Adi,Tri. (2007)Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik, CV Andi Offset, Yogyakarta.
Amran, Tasai. (2010)Cermat Berbahasa Indonesia( Jakarta : CV   Akademika Pressindo).
Rahaedi, Kunjana. (2003). Bahasa Indonesia Perguruan Tinggi. Erlangga. Jakarta
Juwita, Silvia Ratna, dkk (2019).  Bahasa Indonesia (hal 120-141)Jakarta : Universitas Esa Unggul.





Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Techbros Writer. Educactor, you name it

Follow Us

  • instagram
  • youtube

Categories

Materi Kuliah Buku Internet Stuff

recent posts

Sponsor

Blog Archive

  • March 2025 (4)
  • February 2025 (1)
  • November 2024 (3)
  • October 2024 (1)
  • January 2024 (1)
  • December 2023 (12)
  • November 2023 (9)
  • October 2023 (1)
  • September 2023 (3)
  • August 2023 (14)
  • July 2023 (3)
  • June 2023 (11)
  • May 2023 (3)
  • April 2023 (1)
  • March 2023 (1)
  • February 2023 (8)
  • January 2023 (6)
  • December 2022 (3)
  • November 2022 (2)
  • October 2022 (3)
  • September 2022 (3)
  • August 2022 (1)
  • July 2022 (1)
  • June 2022 (1)
  • May 2022 (1)
  • March 2022 (4)
  • February 2022 (8)
  • January 2022 (8)
  • December 2021 (4)
  • November 2021 (11)
  • October 2021 (6)
  • August 2021 (9)
  • July 2021 (5)
  • June 2021 (5)
  • May 2021 (4)
  • April 2021 (4)
  • March 2021 (6)
  • February 2021 (2)
  • January 2021 (7)
  • December 2020 (5)
  • November 2020 (2)
  • October 2020 (5)
  • September 2020 (6)
  • July 2020 (1)
  • June 2020 (1)
  • May 2020 (6)
  • March 2020 (1)
  • January 2020 (3)
  • December 2019 (3)
  • November 2019 (12)
  • October 2019 (8)
  • September 2019 (6)
  • August 2019 (8)
  • July 2019 (6)
  • June 2019 (3)
  • May 2019 (8)
  • April 2019 (2)

Report Abuse

Created with by ThemeXpose