Powered by Blogger.
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Yasya Indra Blog

Éclairage et ingénierie


Banyak pengalaman bijak bisa diceritakan kepada anak cucunya jika Pak Putra menjadi orang yang kuat. Lagi lagi semua orang akan memandang dia dari fisiknya yang cacat, tapi bukan itu sebenarnya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Tidak ada yang boleh membandingkan Pak Putra dengan rekan rekan guru yang lain. Mulai dari fisik sampai kepribadiannya. Jelas Pak Putra itu berbeda. Beliau selalu menghimbau murid murid agar selalu masuk ke kelas ketika bel masuk berdering, sedangkan rekan rekan yang lain berbeda. Mereka akan masuk saja ke kelas dan mengacuhkan sekitar. Seolah mengajar sebatas menggugurkan kewajiban

Kalo membandingkan Pak Putra berdasarkan fisik, Pak Putra jelas kalah telak. Dia tercurangi sepenuh kecacatannya. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan dan sudah merenggut separuh kehidupan, sisanya harus dia pungut dengan perjuangan. Menutup telinga dari ocehan, julukan jelek, cibiran, dibungkus oleh hinaan tetangga tetangga julid.

"Kurcaci kurcaci!"
"Ucok baba!"
"Monyet nyasar!"
Orang yang masih beradab pun, akan tertohok tepat di ulu hati jika dia mendengar ada anak anak bajingan yang menyerukan kalimat jahanam itu sambil urakan keliling gang gang. Karena demikian itu, menyesakkan dada sampai tak mau bernafas lagi

Pak Putra sabar. Melengos saja dia dikata-katain seperti itu. Ditambah jika di sekolah ada permasalahan dan tak ada seorang pun bisa memecahkan, Pak Putra akan dikambing hitamkan oleh teman teman guru yang suka ngomong di belakang. Tapi, kalau semua berjalan lancar sukses maka namanya saja takkan ada yang mau menyuarakan. Padahal dia juga terlibat dalam upaya sebuah kerja keras

Pak Putra adalah orang yang punya kepribadian tangguh. Dia sering mendapat petuah suci dari orang tuanya bahwa manusia sejati adalah orang yang tegar dan sabar. Kalau ada orang yang tidak sabar pasti dia bukanlah manusia.

Pak Putra sampai saat ini tidak tahu kalau ada anak yang bernama Adnan mengagguminya diam diam. Dia adalah penggemar Pak Putra sejak Pak Putra berdiri di podium itu. Awalnya Adnan sama dengan anak anak yang lain, meremehkan seseorang hanya lewat penampilan. Tapi ketika sudah mendengar Pak Putra berorasi layaknya Diplomat kelas dunia, Adnan terpukau. Setelah kejadian itu, dia suka memperhatikan bagaimana Pak Adnan berjalan, menyalami anak anak, gaya bicara sampai mengahafal stel baju yang suka beliau pakai sampe berhari berhari. Tapi anak anak yang lain, kerap memandang beliau sebelah mata. Masih menganggapnya guru hanya ketika jam pelajaran di kelas

Setelah shalat ashar, teras masjid dipenuhi muntahan manusia. Ada yang melipir ke pedagang jajanan, ada yang duduk duduk, ada yang nampang dengan ketampanan rekaan di teras masjid sehingga siswi bisa melihat dari dalam masjid lewat jendela. Saat waktu itu lah Adnan dengan luapan rasa kagum mendekati Pak Putra, ia berjalan, mendekat. Pak Putra yang tingginya tak lebih dari leher bocah SMP menyadari. Tatapannya menyambut Adnan terbuka, seperti sedia mendengar segala saran dalam berbagai bahasa.

"Pak, saya mau ngomong sesuatu"
"Ngomong apa?, ngomong aja"
"Gini pak, saya pengen banget belajar bareng sama bapak. Soalnya bapak nerangin pelajarannya enak banget!"
"Boleh boleh. Mau belajar mana dulu?"
"Bahasa Indonesia pak"
"Bisa bisa. Tapi jangan sekarang ya"
"Kenapa?"
"Ga apa apa. Sore ini saya pengen istirahat dulu"
Adnan diam sebentar dan mencoba mengingat sesuatu.
"Bapak emang tadi siang ngajar?"
"Enggak"
"Oh...", sebenarnya dalam hati mungilnya, Adnan ingin sekali mencela.
"Tapi, saya pengen ngabisin waktu saya sendiri saja. Sebentaaaar"
"Ya pak. Ga apa apa"

Ketika Pak Putra baru saja ingin berpaling pergi dan dia sudah menatap rumahnya di seberang jalan, dekat dengan gedung sekolah. Adnan berjalan cepat dan berkata, "Pak, aku boleh ikut ke rumah bapak?"
"Boleh", Pak Putra sedikit mengangkat tatapannya keatas. "Tapi, jangan belajar bareng dulu ya"
Bisa jadi maksud kata 'sendiri' adalah 'saya-lelah-mengajarkan-bocah-biadab-layaknya-teman-temanmu'. Tapi tak ada orang yang peka

Rumah Pak Putra adalah rumah sederhana subsidi pemerintah. Hanya sekian petak dan terdapat dua kamar. Satu kamar dipakai untuk istirahat, satu lagi di gunakan untuk tempat shalat. Memang seharusnya digunakan untuk istirahat anak atau tempat ia bercumbu dengan  istri. Tapi, mau bagaimana lagi, dia tidak mempunyai keduanya. Untungnya, ada ruang tamu, ada TV terpajang yang tak pernah disetel di atas buphet, Pak Putra memang sudah jarang nonton TV sejak sudah ada Youtube. Kalau sampai dua hal ini tidak ada, maka tidak bisa disebut rumah milik orang normal

Adnan duduk, dan Pak Putra berbaring dengan headset tertancap di lubang telinga. Biasanya, dia bergumam sendirian, bernyayi mengikuti lirik lagu sebisanya. Lagu yang ia dengarkan adalah lagu lagu pop kekinian. Ed Sheeran, Shawn Mendes, pokoknya penyayi penyayi bule. Saking kencangnya headset itu menggebu gendang telinga, orang orang sampe lupa kalau dia pernah hidup. Karena ada Adnan di rumah, jadi dia jaim sedikit, walau tetap tidak elok dilihat muridnya seperti itu

Adnan memperhatikan tingkah gurunya ini
"Pak"
Tidak dijawab
"Pak?"
Tetap tidak dijawab
Adnan menowel pundaknya
"Eh iya... apa Dam?", Guru ini sontak mencabut headset itu, kemudian kabel kabel headset berkleweran, tak beraturan
"Adnan, paaak"
"Oh iya. Adnan!. Heheh, lupa lagi"
"Gini pak, kemarin waktu bapak selesai ngajar, saya ngeliat raut wajah bapak asem banget. Kayak ga suka gitu sama kelas delapan. Maafin kelas delapan ya pak"
"Oh.. gapapa"

Pak Putra mempunyai kata 'gapapa' yang jujur. Percayalah

"Ya pak, saya itu kasihan sama bapak. Bapak udah capek capek ngajar, kadang gak ada yang merhatiin. Sedih saya pak"
"Ga usah lebay begitu"
"Kadang orang orang suka ngeliat fisik dulu sih,  daripada kualitas orangnya. Saya jadi tambah kasian sama bapak!"

Wajah Pak Putra mendadak berubah. Seperti sumbu telah habis tersulut hingga ke otaknya. Dia seperti orang marah, tapi ada jiwa lain yang masih bisa mensabar sabarkan.

"Kamu gak perlu ngasihanin saya. Yang terpenting kamu bisa dapet ilmu apa saja dari saya. Itu cukup!"
"Kenapa pak kalo saya ngasihanin bapak?, bukannya bapak bisa semangat lagi?"
"Hmmm, mending kamu sekarang keluar!. Kan saya tadi bilang pengen sendiri", Pak Putra mengalihkan pertanyaan itu, karena dia juga tidak punya jawaban yang bagus, yang ia tahu ini sangat menyakitkan

Adnan pun keluar. Dia ingin sekali sebenarnya merengek. Tapi tidak tahu kemana harus merengek. Semua orang tidak ada yang peduli padanya. bahkan orang yang ia kagumi sejauh ini
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Dia masih menjadi seorang guru. Berbekal kepercayaan diri secukupnya dia mengajar dan kadang berceramah. Murid murid yang kurang ajar suka membicarakan postur tubuhnya yang kerdil karena  gen yang terbentuk cacat sejak di dalam rahim. Untung saja guru ini tak mendengarkan sehingga dia selalu percaya diri.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Sudah satu tahun dia disini. Dia sudah dikenal sebagai orang yang pendiam. Dia tidak banyak tingkah dan sekalinya dia mecoba melawak semua orang akan menggaringinya atau kadang menyerah tertawa memaksa. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Alhamdulilah tahun ini gua akan menjadi seorang mahasiswa. Mahasiswa baru.

Gua masih membayangkan bahwa menjadi mahasiswa berarti menjadi seseorang yang harus gaul sama teman teman sejurusan atau -setidaknya sekelas. Kelemahan gua adalah suka memilih milih teman. Atau mempunyai teman sampe dia ngerti dengan cara  berteman gua. Complicated sih. Tapi, gua mencoba merubah. Setidaknya ini adalah hal terpenting yang harus menjadi bekal gua.

Jurusan yang gua ambil selama (Amin) empat tahun kedepam adalah Informatika. Gua belajar sesuatu selain karena suka juga karena gua meyakini ini adalah ilmu yang masa depan minta. Maksudnya gimana si?, maksudnya gua merasa di masa depan ilmu ini bakalan diperlukan banget.

Sedangkan Ilmu Inforamatik gak cuma terpaku dalam satu bidang saja. Ada banyak sekali. Kalo gua memilih untuk menekuni Teknik Jaringan dan Rekayasa Perangkat Lunak. 

Biasanya orang orang suka masuk Teknik Informatika karena dia suka banget ngotak ngatik komputer, padahal enggak. Sehingga ketika mereka sudah terlanjur masuk ironinya mereka akan merasa salah jurusan. Hehe, padahal ada beberapa modal yang harus dikuasai oleh para teknisi informatika ini seperi matermatika dan logika

Gua akhir akhir ini juga sedang memperbaiki kemampuan bermatematika gua (bermatematika berbeda dengan berhitung. Ingat), dengan cara gua ikutan les online dan nonton video essay tentang ilmu komputer di Youtube

Tapi kalo misalkan gua ditanya tentang apa subjek kesukaan gua dalam belajar. Gua ga bisa jawab, gua suka ilmu komputer. Kenapa? karena banyak banget hal yang gua suka pelajar. Kadang, sampe bingung mau belajar yang mana.  Gua suka Ilmu Komputer, Filsafat, Seni, Filmmaking, Psikologi, dsb

Menurut lu mungkin demikian bagus. padahal enggak selamanya
Justru gua menganggapnya sebagai bencana, karena gua ga bisa fokus dalam satu bidang yang bener bener gua perlukan. Sehingga meskipun gua bisa di segala bidang, tapi kemampuan gua di tiap tiap bidang itu biasa biasa aja. rata rata. Dan itu gak akan berguna seandainya gua ikut dalam suatu komunitas atau dalam sebuah industri pekerjaan

Ngomongin tentang kuliah ni. Gua ngerasa bahawa IPK ga penting. Alasannya, karena IPK gak menentukan kemampuan. Klise ya?, tapi memang begitu kenyataanya.  Hal yang paling gua incar selama kuliah nantinya, justru Perlombaa, Study Exchange dan mungkin kalo gua longgar gua bisa ikutan Google Schoolar. Amin.  Karena gua merasa hal hal itu bisa memberikan jaringan yang bagus buat gua

Organisasi? Hmmm. Mikir mikir dulu deh. Soalnya gua ga cuma aktif di kuliah aja. Di luar kuliah, gua juga tetep punya kewajiban ngajar ngaji. Nggugurin kewajiban menyampaikan ilmu lah. Biar gak kenaan dalil.

Kalo ngeliat laptop. Jujur sebenarnya gua minder banget. Soalnya laptop ini udah uzur dan sudah sekitar enam tahun gua menghabiskan suka duka gua. Sejak gua bikin panel persentasi waktu SMP sampe gua aktif berorganisasi sebagai Sekretaris di ketika SMK. Laptop ini ibarat adek gua sendiri. 

Layaknya seorang adek. Gua juga gak tega kalo gua sampe meninggalkannya. Gak ada yang ngerawat, gak ada yang ngemainin. Mungkin cara satu satunya adalah dengan cara gua manfaatkan sebagai device untuk penetration test. Yah, mungkin itu untuk satu tahun kedepan. ketika gua sudah menemukan laptop yang layak untuk menyelesaikan tugas kuliah gua




Share
Tweet
Pin
Share
No comments

"Kenapa kita ada?
Dunia ini katanya panggung opera
sang dalang sedang mengerak gerakkan tali tali bonekanya
kepadanya lah juga kita meminta"

Orang orang memanggilku Anka. Aku hidup dalam tatanan dunia anarkis. Kami tidak mempercayai pemerintahan vertikal, maka dari itu kami bertanggung jawab atas siapa diri kami.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Techbros Writer. Educactor, you name it

Follow Us

  • instagram
  • youtube

Categories

Materi Kuliah Buku Internet Stuff

recent posts

Sponsor

Blog Archive

  • March 2025 (4)
  • February 2025 (1)
  • November 2024 (3)
  • October 2024 (1)
  • January 2024 (1)
  • December 2023 (12)
  • November 2023 (9)
  • October 2023 (1)
  • September 2023 (3)
  • August 2023 (14)
  • July 2023 (3)
  • June 2023 (11)
  • May 2023 (3)
  • April 2023 (1)
  • March 2023 (1)
  • February 2023 (8)
  • January 2023 (6)
  • December 2022 (3)
  • November 2022 (2)
  • October 2022 (3)
  • September 2022 (3)
  • August 2022 (1)
  • July 2022 (1)
  • June 2022 (1)
  • May 2022 (1)
  • March 2022 (4)
  • February 2022 (8)
  • January 2022 (8)
  • December 2021 (4)
  • November 2021 (11)
  • October 2021 (6)
  • August 2021 (9)
  • July 2021 (5)
  • June 2021 (5)
  • May 2021 (4)
  • April 2021 (4)
  • March 2021 (6)
  • February 2021 (2)
  • January 2021 (7)
  • December 2020 (5)
  • November 2020 (2)
  • October 2020 (5)
  • September 2020 (6)
  • July 2020 (1)
  • June 2020 (1)
  • May 2020 (6)
  • March 2020 (1)
  • January 2020 (3)
  • December 2019 (3)
  • November 2019 (12)
  • October 2019 (8)
  • September 2019 (6)
  • August 2019 (8)
  • July 2019 (6)
  • June 2019 (3)
  • May 2019 (8)
  • April 2019 (2)

Report Abuse

Created with by ThemeXpose