Powered by Blogger.
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Yasya Indra Blog

Éclairage et ingénierie


Lagi lagi Indonesia dilanda musibah asap. Menurut berita yang dilansir, kabut asap ini disebabkan oleh perusahaan perusahaan yang ingin membuka lahan.  Mereka tidak bersalah, yang bersalah adalah orang orang yang dibayar untuk membakar. Dengan upah kurang lebih lima ratus ribu rupiah, mereka bersedia membakar hutan meskipun asapnya ngebul sampai Singapura.

Jelas mereka salah!. Suruh siapa mereka melakukan hal itu. Perusahaan perusahaan tidak bersalah karena seandainya sebelum itu mereka tidak berhasil menemukan orang yang mau membakar hutan, pasti kejadian kebakaran ini takkan terjadi.

Tak hanya orang orang yang membakar ini yang disalahkan, tapi juga kepala negara. Bukan orang lain, bukan aparat, bukan polisi hutan, apalagi gubernur. Karena kita tahu beliau sedang melakukan tugas suci mulia di negara tetangga. Membersihkan kuku, berselancar dan travelling. Semua itu membutuhkan kerja keras, kadang kehausan karena capek menunggangi papan selancar bersama ombak pantai.

Banyak yang dirugikan dari kejadian ini, mulai dari kebakaran yang merember ke dusun dusun, asap yang menghalangi jarak pandang, hingga kematian.

Lho apa bisa asap menimbulkan kematian? Kasian sekali!
Yang aku tahu nama depannya, Bin/Binti

Tentu bisa, tapi itu bukan hal yang paling menggegerkan hingga naruni kita tertohok. Ada hal lain, yaitu asap tidak hanya menghalangi jarak pandang, tapi juga ketampanan seseorang. Lihatlah, kita begitu iba mendengar berita ini, karena tidak mungkin tidak, jika suara tersebut tak didengar, maka Bapak Presiden takkan mau membiat video vlog  bagaimana menangangi kebakaran hutan, yaitu dengan menyiram sisa sisa abu. Apinya?, ya ada dibelakang layar tapi kita tak perlu tahu. Yang harus kita tahu adalah kerja, kerja, kerja, kerja, kerja, dan kerja. (Sengaja kata 'kerja' nya diperbanyak. Satu kata 'kerja' = 1 langkah indonesia maju, 1 langkah indonesia maju = 1 pasal RUU)

Ingat ketampanan itu berharga, baru nyawa. Karena suara 'asap-ini-menghalangi-ketampananku' berasal darii suara mahasiswa yang ternyata gak terlalu tampan

Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Sepulang acara, Faqod secara tiba tiba mengajak gua wisata ke Anyar bersama teman teman. Dengan basa basi ala kadarnya, gua menampis rasa males gua dengan berkata, "buat gua bayar ga?", namun Faqod dan Imam yang ada di sebelahnya hanya tersenyum tipis seolah menjawab tidak dengan nada yang serupa ketika lu mengumpat 'ANJING'

Gua sangat amat relatif memilih wisata. Lebih sering justru kalo gua get-to-the-flow aja kalo diajak wisata oleh siapapun, entah ke gunung, ke amusement park, ke pantai, ke kebun binatang, gua sama sekali gak pernah merasa excited (bahasa kerennya) atau nyoba nabung duit hingga berceleng celeng (kok aneh ya?) hanya demi travelling kesana kemari.

Parahnya bahkan gua menjadikan jalan-jalan atau wisata hanya sebagai pelarian gua dari hal yang ga gua suka. Seperti yang terjadi ketika gua mondok dulu. 
Gua minta ijin ke Wali Kelas gua (Bu Arum) dengan dalih gua pengen bikin KTP, padahal niatan gua pengen ikut tour pabrik bokap ke Dufan, dan padahal lagi, gua pengen ngindari musyawarah acara angkatan (yang mana gua juga gak berperan besar di dalamnya)

Mungkin dari sedikit cerita diatas lu menganggap gua adalah pria yang tak bertanggung jawab. Ya, bisa jadi juga begitu

Setelah gua sadar basa basi gua udah kelewat basi, gua menanyakan kapan acara itu di mulai. Faqod bilang, acara itu akan dimulai pada hari Sabtu. Hari yang pas, karena gua lagi ga ada jam kelas kuliah saat itu

Gua berangkat pagi. Awalnya gua pengen berangkat sendiri, tapi nyokap menyuruh adek gua, Apip untuk ikut. Gua mah gak merasa keberatan, toh, adek gua juga udah dewasa dengan umur nya yang masih belia. Jadi gua gak bakal repot repot nyebokin dia setiap dia abis buang aer

Gua membawa perjalanan ini dengan aura get-to-the-flow luar biasa. Ya biasa biasa ja, gua ga berharap ini bakalan wah -gimana gitu, bener bener semua nya zero expectation

Sesampainya disana, kaki gua menapak pesisir pasir putih, angin sepoi sepoi menghantam rambut gua, terik panas juga gak terelakan, akhirnya kami merumpun di bawah pohon, menggelar tiker dan acara secara formal pun dibuka oleh Faqod, sebagai ketua muda mudi

bersenggama denngan air pantai
Setelah semua sambutan selesai, akhirnya acara bebas. Gua sebagai anak perumahan yang jarang banget melihat pantai, pasti bingung banget, ya sudah hal yang pertama gua lakukan adalah foto foto dengan gaya sebisanya. Kira kira ini lah hasil usaha keras gua berpose
geraham gitu amat ya
saya menyebutnya mati gaya

Ya, namanya juga usaha.

Belom puas cuma jalan jalan ke sepanjang pinggiran pantai (dan gak mau gua jadi santapan ikan paus). Akhirnya gua dan temen temen  lain memutuskan untuk dateng ke karang bolong.

Sesuai namanya, Karang Bolong itu karang yang sudah bolong bedanya cuma udah diupgrade oleh warga sehingga ada tempat duduk, tempat santuy, tangga dsb. 

Waktu pengen masuk ke karang bolong, tiba tiba ada bapak2 berseragam krem nyamperin kita yang gak jauh beda sama tukang parkir indomaret, katanya kalo mau masuk ke karang bolong harus bayar dulu 10.000 per orang. Beberapa temen kita ada yang ga jadi ikut karena gak bawa duit. 

Sesampainya disana -ya emang mau ngapain lagi, tak ada yang cocok dilakukan selain foto foto sambil ngeliatin kepiting di karang. Ya, sekurang kerjaan itu lah gua disana.

Abis itu, gua memandang jauh luasnya lautan yang membuat keimanan gua yakin kalo bumi selama ini datar



Ketika sore mulai menjelang, akhirnya kamu turun dari Karang Bolong ke tempat awal, dan melaksanakan sesi terakhir dari tour setengah formal ini

Sesi ini diisi oleh game. Cara mainnya adalah kita saling berpisah, dan nanti kalo Tiara (temen gua) udah mengatakan tiga. Maka kami harus mencari tiga temen untuk berkumpul, kalo misal ada peserta tidak bisa mencari tiga orang, maka dia harus menyampaikan kesan pesannya kepada Mbak Shinta (guru kita yang ingin selesai masa ajarnya)

Pada ronde kedua gua kalah. Dan harus menyampaikan kesan pesan gua terhadap Mbak Shinta ini.
Berhubung gua belom lama kenal sama Mbak Shinta, ya gua cuma bisa mengatakan hal hal mainstream. Gua bilang 'Mbak Shinta itu baik, asyik, lucu, rajin". Udah gak lebih. Gak dibawa perasaan. Heheheh

Selesai permainan kami berkumpul dan duduk diatas tikar, ada yang bercermin sambil menata skincare, ada yang bengong, ada juga yang tertidur pulas karena ga bisa masuk ke karang bolong. Kami amat menikmati suasana itu, hingga Apip bertanya, "Mas, ini pasirnya dibawa kan dari tempat lain? terus diturunin disini...", Gua tersenyum karena lucunya pertanyaan adek gua ini, sedangkan Mbak Shinta dengan tertawa sarkas "Hih, pinter amat si adek mu ini, Ndra"

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Di blog kali ini, gua bakal menjelaskan penyebab penyebab script Java ga berhasil  dikompile, di luar semua kesalahan kita saat ngoding, kalo kalian ngoding masih salah salah, dan typo. Mending nyadar diri geh.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Download Disini file PDFnya
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Download Disini

Share
Tweet
Pin
Share
No comments


BIOGRAFI  INDRA MAULANA YASYA



Indra Maulana Yasya atau biasa disapa Indra atau memiliki nama lain Yasya Indra, lahir pada tanggal 8 Mei 2000 di Tangerang. Indra berasal dari keluarga menengah dengan ayah yang seorang karyawan swasta dan ibunya yang merupakan pekerja rumah tangga.
Indra kecil adalah anak yang suka menghabiskan waktu di dalam rumah dan gemar menonton TV.  Acara tv kartun yang menjadi favoritnya adalah Hey Arnold, Jimmy Neutron. Semasa Sekolah Dasar, Indra menjadi anak yang biasa biasa saja, pemalas tapi untungknya dia terbiasa mandiri dalam segala hal sampai sampai ibunya tidak pernah mengingatkan dirinya untuk belajar karena ibunya yakin Indra bisa mengatur waktunya sendiri
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Techbros Writer. Educactor, you name it

Follow Us

  • instagram
  • youtube

Categories

Materi Kuliah Buku Internet Stuff

recent posts

Sponsor

Blog Archive

  • March 2025 (4)
  • February 2025 (1)
  • November 2024 (3)
  • October 2024 (1)
  • January 2024 (1)
  • December 2023 (12)
  • November 2023 (9)
  • October 2023 (1)
  • September 2023 (3)
  • August 2023 (14)
  • July 2023 (3)
  • June 2023 (11)
  • May 2023 (3)
  • April 2023 (1)
  • March 2023 (1)
  • February 2023 (8)
  • January 2023 (6)
  • December 2022 (3)
  • November 2022 (2)
  • October 2022 (3)
  • September 2022 (3)
  • August 2022 (1)
  • July 2022 (1)
  • June 2022 (1)
  • May 2022 (1)
  • March 2022 (4)
  • February 2022 (8)
  • January 2022 (8)
  • December 2021 (4)
  • November 2021 (11)
  • October 2021 (6)
  • August 2021 (9)
  • July 2021 (5)
  • June 2021 (5)
  • May 2021 (4)
  • April 2021 (4)
  • March 2021 (6)
  • February 2021 (2)
  • January 2021 (7)
  • December 2020 (5)
  • November 2020 (2)
  • October 2020 (5)
  • September 2020 (6)
  • July 2020 (1)
  • June 2020 (1)
  • May 2020 (6)
  • March 2020 (1)
  • January 2020 (3)
  • December 2019 (3)
  • November 2019 (12)
  • October 2019 (8)
  • September 2019 (6)
  • August 2019 (8)
  • July 2019 (6)
  • June 2019 (3)
  • May 2019 (8)
  • April 2019 (2)

Report Abuse

Created with by ThemeXpose