Pandji adalah Plato sedangkan Adriano Qalbi adalah Aristoteles
Sering kali saya mendengar selintingan di sosial media mengatakan bahwa opini yang dibawakan oleh komika bernama Adriano Qalbi mirip sekali dengan pemikir jaman Yunani kuno bernama Socrates. Barang kali mereka menyamakan Adri dengan Socrates karena hanya Socrates satu satunya nama filsuf yang mereka tahu padahal kalau mereka membaca sedikit saja tentang sejarah filsafat, Socrates dengan Adri mempunyai perbedaan yang sangat bertolak belakang
Tahukah kamu meski pemikirannya sangat berpengaruh, Socrates dikenal dengan filsuf yang urakan, selalu berpenampilan seperti gelandangan, pergi ke pasar pasar untuk mengajak debat siapapun. Ini merupakan cara Socrates untuk mencari kebenaran tentang hal yang kita kira sudah mengetahuinya. Contohnya seperti keadilan, keberanian, prinsip bernegara dan lain sebagainya. Socrates hidup dalam kemiskinan, selalu dimarahi istrinya karena ia tidak bekerja, dan di hukum mati di ujung kehidupannya karena ia berpegang teguh pada idealisme-nya, bahwa ia mati mengikuti hukum demokrasi era Yunani dulu, yang mana ia dulu berpartisipasi di dalamnya
Nah, sampai sini, kalian sudah bisa menyadari betapa berbedannya bapak tukang omel ini dengan filsuf yang sering disematkan dengan dirinya
Menurut saya, alih alih mirip dengan Socrates, Adri cenderung mempunyai kemiripan pemikiran dengan seorang filsuf yang ga kalah berpengaruhnya, Aristoteles
![]() |
Aristoteles |
Adriano Qalbi Yang Aristotelian
Hasil pemikiran Aristoteles yang masih relevan dengan jaman sekarang adalah bagaimana segala sesuatu itu bisa diamati dan tugas manusia adalah ia harus mencukupi dirinya sendiri. Pemikiran empirisme berhutang budi terhadap pemikiran Aristoteles ini.
Adri sering kali dalam podcast, interview dan bit standup-nya selalu mengatakan sesuatu yang senada dengan konsep yang dikemukakan oleh Aristoteles, terutama hal hal yang berkaitan dengan pekerjaan dan karir. Salah satu quote favorit saya, ia pernah bilang
"Kerjakan yang bisa, karena yang bisa saja belum tentu 'bisa'"
Kutipan ini sungguh menggamabarkan bagaimana pemikiran Aristoteles, bahwa sesuatu harus dilaksanakan secara praktis dan tidak perlu muluk muluk mencari kebenaran, keadilan, atau passion di dalamnya
ini diperkuat dengan bagaimana Adri selalu menggugat adanya passion pada anak muda yang enggan mencari pekerjaan yang ia kehendaki. Ia mengkritisi bahwa passion adalah sebuah kebohongan, ia lebih mendukung pada siapapun untuk mencari pekerjaan sesuai dengan apa yang bisa karena yang ia pikir bisa pun belum tentu ia mampu mengerjakannya
Contohnya begini, A mempunyai passion melukis dan ia ingin bekerja sebagai pelukis, namun tawaran pekerjaan sebagai pelukis tak kunjung datang. Akhirnya ia melamar sebagai kasir untuk menjaga dapur di rumahnya tetap mengebul. Namun pada kenyataannya A bahkan belum tentu bisa menjadi kasir yang baik. Ia kadang telat, salah memberikan kembalian, atau salah meletakan produk ke rak yang sudah disediakan
Apa yang disampaikan Adri benar beanr Aristotelian sekali, karena Aristoteles pun mempunyai pandangan serupa bahwa terdapat jurang antara potensi dan aktualisasi pada seseorang. Orang mungkin mengira ia suka melukis, namun belum tentu lukisannya bagus. Jadi yang harus ia lakukan adalah mencari tahu apa aktualisasi dirinya, yaitu sesuatu yang ia kerjakan
Bagi kalian yang sering nonton standup-nya Adri, Adri selalu mengkomentari hal hal absurd, lucu yang ada di dalam kehidupan sehari hari. Mulai dari kehidupan Gen Z yang ia sudah tidak relate lagi, insecuritasnya, perselingkuhan. Ia jarang sekali membahas hal hal berat berkaitan politik atau realitas negara, dan bermimpi secara utopis apa yang seharusnya terjadi. Adri justru lebih memanfaatkan celah apa yang lucu dari hal hal berat tersebut. Contohnya saat ia mengatakan bahwa Gibran menjadi wakil presiden, ia lebih memilih angle unik dengan mengatakan, "wah, ini bukti kalau ternyata selalu nurut sama orang tua belum tentu salah". Ia tidak mencoba mengecam nepotisme yang dilakukan Gibran, justru ia hanya mencari sesuatu yang menggelitik dari fenomena tersebut
Pandji Pragiwaksono Yang Platonis
Nah, jika Adriano mencoba membukakan mata kita selebar lebarnya dengan realitas dunia secara praktis dan pragmatis, mari kita beralih ke sahabatnya yang selalu menekankan pentingnya 'sesuatu yang ideal dan seharusnya' bernama Pandji Pragiwaksono
Sepertinya belum ada seseorang yang mengatakan bahwa Pandji mirip dengan salah seorang filsuf. Justru ia sering kali disama samakan dengan motivator, yang mana bagi saya pribadi, sungguh amat disayangkan. Karena menurut saya Pandji mirip sekali dengan seorang pemikir besar, yang juga merupakan guru dari Aristoteles bernama Plato
![]() |
Plato |
Sedikit tentang Plato, Plato dikenal sebagai filsuf yang merumuskan konsep ide terhadap segala hal. Bahwa yang ada di bumi ini itu berasal dari ide yang termanifestasi. Konsep ini lah yang nantinya akan mengilhami pendapat pendapat Plato terhadap hal yang beragam mulai dari makna kebahagiaan, keadilan, negara, dan hingga persahabatan.
Plato jelas berbeda dengan Aristoteles, selayaknya Pandji memiliki perbedaan yang kontras dengan Adri. Perbedaan yang mencolok ini bisa kalian simak pada salah satu video Padji berjudul, Adri dan Coki ke NYC
Banyak diantara netizen yang beranggapan bahwa Pandji sangat optimis akan cita citanya untuk mengadu nasib sebagai komika di New York sedangkan di sisi lain Adri dinilai sangat pesimis dalam menanggapi cita cita Pandji tersebut. Tidak salah, namun menurut saya label tersebut terdengar terlalu sederhana
Jika Pandji cenderung berbicara ndakik ndakik tentang politik, hidup sebagai seniman, dan personal branding. Adri lebih kepada menjalani hidup apa adanya dan tidak ngoyo sebagai sebuah aktualisasi diri
Pandji juga mempunyai kutipan yang sering diulang berkali kali, bahkan ia jadikan sebagai visi dari perusahaannya
Comments
Post a Comment