#Tugas Business Model. Business Model Canvas. Tujuan Dan Contohnya
IDEA BISNIS & NILAI PROPOSISI DALAM BUSINESS MODEL CANVAS
Apa Itu Business Model?
Apa Itu Business Model Canvas (BMC)?
Business Model Canvas (BMC) ialah suatu kerangka kerja yang membahas model bisnis dengan disajikan dalam bentuk visual berupa kanvas lukisan, agar dapat dimengerti dan dipahami dengan mudah. Model ini digunakan untuk menjelaskan, memvisualisasikan, menilai, dan mengubah suatu model bisnis, agar mampu menghasilkan kinerja yang lebih optimal[1].
BMC dapat digunakan untuk semua lini bisnis tanpa terbatas sektor usahanya. BMC sangat membantu untuk mempercepat proses analisis kekuatan dan kekurangan bisnis. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan, maka analisis kebutuhan dan profit dapat dilakukan dengan cepat.
Kegunaan Dan Manfaat BMC?
Dengan contoh Business Model Canvas, dapat dilihat bahwa blok-blok yang ada pada Business Model Canvas cukup mudah dipahami untuk digunakan. Selain mudah dipahami, terdapat beberapa manfaat Business Model Canvas bagi perusahan. Manfaat tersebut antara lain ;
1. Mempersingkat penulisan
perencanaan bisnis
Dengan metode konvensional, pelaku usaha akan diharuskan menulis panjang lebar mengenai perencanaan bisnis yang akan dibuat. Sementara dengan Business Model Canvas, perusahaan hanya perlu mengisi poin-poin perencanaan bisnis sesuai blok yang ditetapkan tanpa perlu menulis panjang lebar. Penentuan poin penting pun semakin terarah dengan blok yang telah disediakan.
2. Meningkatkan fokus perusahaan terhadap poin
penting perencanaan bisnis
BMC memfokuskan bisnis pada elemen strategis yang paling penting dan akan memiliki dampak terbesar pada mendorong pertumbuhan. Sifat visualnya membantu pemahaman dengan dapat melihat gambaran keseluruhan bisnis dan dengan demikian melihat area kekuatan dan kelemahan tergantung pada input. Itu membangun model bisnis sedemikian rupa sehingga keseluruhan terdiri dari dan lebih besar dari jumlah bagian.
3. Mengurangi resiko kekeliruan dalam eksekusi
bisnis
Secara tidak langsung, Business
Model Canvas dapat dijadikan dokumen blueprint perencanaan bisnis untuk
perusahaan. Ketika pelaku bisnis melakukan eksekusi bisnis, mereka dapat
menjadikan Business Model Canvas akan menjadi panduan perusahaan untuk
menjalani eksekusi bisnis berdasarkan poin yang telah dirancang sebelumnya.
Dengan demikian, perusahaan pun dapat mengurangi resiko kekeliruan dalam
eksekusi bisnis.
1. Value Proposition
Value proposition merupakan nilai yang diposisikan perusahaan untuk calon customer. Nilai tersebut mencakup produk atau jasa serta bagaimana perusahaan ingin dilihat oleh calon customer.
2. Customer Segments
Dalam suatu bisnis, customer menjadi salah satu komponen penting. Dari customer suatu perusahaan akan mendapatkan income. Perusahaan dapat mengisi blok ini dengan segmentasi customer seperti apa yang mereka incar sesuai dengan value proposition.
3. Channels
Setiap perusahaan memerlukan sarana atau cara untuk menyampaikan jasa atau produk mereka kepada customer. Channels merupakan sarana atau cara untuk menyampaikan jasa atau produk kepada customer sesuai segmen yang ditentukan sebelumnya.
4. Customer Relationship
Di dalam lingkup ini yang dinilai
adalah bagaimana menjalin hubungan dengan pelanggan. Agar customer tidak mudah
berpaling ke bisnis lain, maka sangat penting untuk menjalin hubungan yang baik
dengan customer. Selain itu, diperlukan juga pengawasan yang ketat dan intensif
dalam customer relationship.
5. Key activities
Ada banyak aktivitas yang harus
dilakukan perusahaan dalam menghasilkan produk atau jasa serta bertahan di
tengah kompetisi. Perusahaan dapat mengisi berbagai macam kegiatan yang akan
mereka lakukan untuk menghasilkan produk dan jasa dalam blok key activities.
Key activities juga menunjukkan kegiatan utama yang harus diberi perhatian
lebih oleh perusahaan.
6. Key Resources
Sumber daya merupakan kunci
mewujudkan value proposition melalui key activities yang akan dijalankan. Dalam
key resources, perusahaan dapat mengisi dengan sumber daya apa saja yang mereka
miliki, baik tenaga kerja maupun benda mati seperti perlengkapan dan peralatan.
7. Key Partnership
Tidak mungkin perusahaan akan mampu berdiri sendiri tanpa bantuan relasi dari pihak lain, baik customer maupun pemasok bahan utama. Untuk memperlancar relasi yang terjaga dengan baik, perencanaan bagaimana relasi akan berjalan ketika eksekusi bisnis. Key resources dapat diisi dengan pihak-pihak mana saja yang harus diajak bekerja sama untuk mencapai tujuan.
8. Revenue Stream
Selain kegiatan penting yang telah dijabarkan dalam key activities, perusahaan harus menentukan bagaimana mereka akan mendapatkan profit atau keuntungan dari key activities yang akan berjalan berdasarkan value proposition. Revenue stream menjelaskan bagaimana perusahaan mendapatkan keuntungan ketika bisnis telah dieksekusi.
9. Cost Structure
Tidak hanya mendapatkan
keuntungan, perusahaan harus mengeluarkan sejumlah biaya untuk menjalankan
bisnis dan mendapatkan keuntungan. Cost structure meliputi jenis biaya yang
sekiranya akan dikeluarkan ketika bisnis telah berjalan. Contoh biaya tersebut
antara lain; biaya sewa tempat, internet, listrik, dan sebagainya. Dengan
pengelolaan pengeluaran yang akurat, bisnis akan lebih efisien dan terhindar
dari risiko kerugian.
Aplikasi Business Model Canvas
Cara Memperoleh Idea Bisnis Startup
Bagaimana pentingnya dalam
mengetahui alasan yang tepat untuk masuk ke dunia startup, dan apa saja hal
positif dan negatif yang akan dialami saat mendirikan sebuah startup.
Apabila setelah dipahami positif
dan negatifnya dan tetap ingin mendirikan startup, maka langkah selanjutnya
yang harus dilakukan adalah menentukan ide startup yang akan dijalankan.
Kita tidak bisa mendapatkan ide
startup dengan cara duduk diam, memandang ke luar jendela, dan merenungkan hal
seperti apa yang ingin kita buat.
Menurut Co-Founder Y Combinator
Paul Graham, kita hanya bisa mendapatkan ide startup yang potensial dengan cara
melatih otak kita agar bisa secara otomatis mengidentifikasi ide yang baik dan
ide yang buruk.
Apabila kita tetap memaksakan diri
untuk mencari sebuah ide startup, kita justru hanya akan menghasilkan ide yang
kurang baik.
Kita akan memikirkan sebuah ide
yang tidak hanya buruk, namun ide tersebut juga telah terbalut dengan hal-hal
manis sehingga bisa menipu diri kita dan orang lain Paul Graham, Founder Y
Combinator.
Hal ini memang terdengar aneh,
namun ide startup yang baik biasanya justru terkesan seperti ide yang buruk
pada awalnya.
Karena itu, dibanding mencari-cari
hal baru yang ingin kita bentuk menjadi sebuah startup, ada baiknya kalau kita
mulai memikirkan seluruh proyek sampingan yang tengah kita lakukan saat ini.
Selain ide yang buruk, para
founder startup juga sering mengabaikan ideide yang menurut mereka tidak akan
pernah menjadi startup unicorn.
Mereka pun menganggap remeh ide
yang hanya mengincar pasar yang kecil, atau ide yang sulit untuk dimonetisasi.
Mereka awalnya hanya merupakan
proyek sampingan Paul Graham, Founder Y Combinator Sebaiknya pilih ide yang
mengincar pasar spesifik Ada kalanya kita bingung antara dua pilihan ide, yaitu
sebuah ide yang mengincar pasar yang besar namun hanya menarik sedikit
keuntungan dari setiap pengguna, atau ide lain yang mengincar keuntungan besar
dari setiap pengguna, namun hanya mengincar pasar yang kecil.
Jumlah total keuntungan yang akan
kita terima dari kedua ide tersebut mungkin relatif sama, namun Graham justru
mengajurkan kita untuk memilih ide yang kedua.
Terkadang, ide yang awalnya
terlihat hanya mengincar pasar yang kecil, sebenarnya justru mempunyai potensi
pasar besar yang tidak disadari oleh sang founder.
Namun ternyata konsep yang sama
juga berlaku untuk industri wisata dunia, sesuatu yang tidak terpikirkan oleh
para founder Airbnb di awal.
Beberapa teknik early validation
Setelah membaca penjelasan di atas, mungkin kita akan bertanya-tanya, bagaimana
membedakan ide yang buruk namun sebenarnya mempunyai potensi, dengan ide yang
memang benar-benar buruk.
Kita hanya perlu membuat sebuah
halaman situs dengan informasi tentang produk atau layanan yang akan kita buat.
Dan dari jumlah alamat email yang
masuk, kita pun akan mengetahui pula berapa persentase orang yang benar-benar
ingin langsung menggunakan layanan yang akan kita buat.
Beberapa peneliti etnografi bahkan
sampai tinggal bersama selama beberapa waktu dengan masyarakat yang menjadi
objek penelitian, demi mendapatkan kesimpulan yang lebih valid.
Namun kita bisa coba mengikutinya
dengan cara yang lebih sederhana, seperti dengan melakukan wawancara mendalam
dengan calon pengguna kita.
Dari situ, kita pun bisa coba
menelaah apakah ia akan bersedia menggunakan produk dan layanan yang akan kita
buat atau tidak.
Ketiga, mungkin kita
mengeksekusinya dengan cara yang salah.
Menurutnya, eksekusi yang baik itu
10 kali lebih penting dan 100 kali lebih berat dibandingkan sebuah ide yang
brilian.
Apabila kita justru menemukan
masalah baru, tidak ada salahnya untuk menutup startup yang saat ini kita
kembangkan untuk membuat startup baru.
Yang pasti, kita harus mengetahui
setiap kesalahan yang kita buat di startup sebelumnya, dan menjadikannya
sebagai pelajaran ketika kita membuat startup berikutnya.
Cara sistematis mendapatkan ide
startup Kemungkinan beberapa dari kita ada yang merasa tidak puas dengan
penjelasan di atas.
Untuk itu, mari kita buat beberapa
hal yang bisa dilakukan untuk bisa menemukan sebuah ide startup yang baik.
Cari masalah yang kita alami Ide
startup yang paling baik adalah ide yang kita sendiri bisa merasakan
manfaatnya.
Karena itu, cobalah cari ide dari
aktivitas atau pekerjaan yang biasa kita lakukan.
Kita justru harus memulai dengan
memikirkan masalah apa yang kita alami.
Setelah menemukannya, coba
tanyakan kepada orang lain apakah mereka merasakan masalah yang sama dan
menginginkan solusi yang serupa.
Cari masalah yang dialami oleh
orang lain Bila kita tidak bisa menemukan masalah dari aktivitas yang kita
jalankan, kita bisa beralih mencari masalah yang tengah dialami oleh orang
lain.
Cari bisnis yang sedang mengalami
kemunduran Hal lain yang bisa kita coba untuk menemukan ide startup potensial
adalah dengan melihat industri yang sedang mengalami penurunan.
Baru-baru ini kita pun melihat
beberapa perusahaan retail yang menutup toko dan menghentikan layanan, mungkin
hal ini juga bisa kita jadikan dasar untuk membuat sebuah startup baru.
Cari startup dan teknologi yang
sudah berjalan di negara lain Bila kita tidak juga bisa menemukan ide startup
yang potensial dengan cara-cara di atas, kita mungkin bica mencoba melihat
startup yang telah berjalan dengan sukses di negara lain.
Coba cari apa masalah yang mereka
selesaikan, dan cari tahu apakah masalah yang sama juga terjadi di tanah air.
Selain melihat startup yang telah
berjalan, kita pun bisa melihat teknologi-teknologi baru yang cukup populer di
luar negeri, seperti blockchain, AI, dan printer 3 dimensi.
Cari tren terbaru lewat Google dan
Facebook Hal lain yang bisa kita lakukan untuk menemukan ide startup adalah
dengan melihat Google Trends dan Facebook untuk mengetahui topik apa yang
sedang populer di Indonesia saat ini.
Ia pun coba bertanya kepada orang
lain, dan banyak dari mereka yang juga mengalami masalah yang sama.
Comments
Post a Comment