Menciptakan Joker



Kata Todd Phillips, dia menganggap film Joker ini adalah film adaptasi komik (meskipun sebenernya ga adaptasi komik) yang akan berbeda dengan film film komik lainnya. Alasannya, karena ia menganggap film Joker versinya adalah film yang mengedapankan study karakter dan drama. Ia juga bilang kalo selamanya gak akan ada orang yang bisa menyaingi film komik ala Marvel Universe, karena mereka sudah memulai lebih awal dan punya konsep yang disukai semua kalangan. Sehingga itu lah yang meyakinkan dirinya untuk membuat film komik dengan sentuhan berbeda.

Banyak orang yang mengatakan kalo film Joker ini akan menjadi pelopor film superhero DC Black Label, yaitu sisi gelap para superhero DC yang hanya diperuntukkan untuk dewasa. Bagi kalian yang sudah menonton film Joker pasti faham bagaimana DC Black Label disematkan untuk film film superhero DC

Menurut gua, kehadiran DC Black Label di jagad sinema merupakan inovasi brilian karena, dijaman yang mana semua film superhero itu pasti untuk semua umur, DC Black Label ini mampu menargetkan audiennya sendiri, yaitu para kalangan dewasa yang dari segi drama, plot, jalan hanya bisa dipahami oleh mereka

Joker pun datang dengan vibe trauma dan rasa sakit mental, Todd Phillips mampu mengemasnya dengan drama superhero yang nyaman disimak dan terkadang membuat penonton ingin sendiri menjudge segala kejahatan yang dilakukan oleh Joker. 

Sampai sini, gua tertarik membuat postingan yang membahas bagaimana karakter Joker itu diciptakan dan apakah karakter superhero lainnya juga bisa memiliki trauma, kemampuan, dan villain sense layaknya Joker.?

Setelah gua amati dan gua lamunkan. Ternyata ada beberapa elemen kenapa kita bisa suka kepada karakter Joker ini

1. Background masalah yang relatable dengan audien
2. Identitas yang menjadi simbol bagi orang orang sekitar

Dua hal inilah yang menjadikan Joker adalah seorang Joker

1. Background Masalah
Joker memiliki masalah yang hampir semua orang hadapi. Yaitu beban mental, (Kita jangan bahas terlalu dalam tentang penyakit mental, karena ini masih dialami oleh minoritas saja). Beban mental seperti pakasaan orang tua untuk kuliah di jurusan yang gak kita pengen, paksaan untuk bekerja padahal kita tak mampu, dan paksaan lain,  menjadi masalah  yang dialami semua orang.

Joker membawakan semua issu itu dengan cara yang lebih ekstrim, langsung to the point bahwa ada sisi yang lebih gelap daripada beban mental, yaitu penyakit mental.

Sebagai masyarakat, setidaknya pernah menyaksikan, atau bahkan mengalami sendiri masalah tersebut. Kita akan langsung terhipnotis akan semua konflik yang terjadi di film Joker ini. Dimulai  Arthur ditipu oleh rekan kerjanya, dipecat, sampai lingkungan sosial yang memandanganya sebelah mata. 

Joker membawakan isu ini, Todd Phillips  melihat permasalahan masyarakat paling gelap untuk mendekatkan penonton. 

Tapi apakah hanya masalah penyakit mental saja yang bisa?
Tentu ada banyak sekali masalah masyarakat kita yang menarik untuk dijadikan sebagai background seorang villain. 
Gua ambil contoh,
a. Kasus privileged antara si kaya dan si miskin
b. Orang orang yang anti sosial
c. Orang baik yang hidup di kalangan orang jahat
d. hedonisme, materialisme, radikalisme

Dan masih banyak lagi. Kalian bisa menggalinya sendiri dengan sering sering membaca portal berita di koran, di TV, di artikel internet, dan masih banyak lagi

2. Identitas
Ketika kita memikirkan tentang karakter Joker, yang terlintas pasti Joker adalah seorang badut yang jahat. Sewaktu gua nonton film Joker, gua merasakan Arthur berprofesi menjadi seorang badut hanyalah sebuah tease yang ditonjolkan, sedangkan Arthur Fleck  secara harafiah hanyalah seorang pelawak. 

Pada awal film, Arthur memperagakan dirinya sebagai badut itu hanya ingin memperlihatkan bahwa badut adalah simbolisme yang akan ia pakai untuk menjadikan dirinya sebagai seorang villain. Layaknya kelelawar yang dijadikan Bruce Wayne sebagai simbol kepahlawanan dirinya. 

Bedanya, Arthur mendapatkan simbol badut dari profesinya, dan Bruce mendapatkan simbol kelelawar karena kelelawar adalah rasa takut terbesarnya. 

Kalian juga bisa mencari simbolisme karakter villain yang kalian inginkan dari sisi kehidupan karakter tersebut.

Contoh, ada seorang penjahat yang suka makan ice cream, maka bisa saja ice cream akan menjadi nilai filosofis tujuan ia melakukan kejahatan, ia selalu menanamkan racun hanya pada ice cream, ia akan menyembunyikan senjata di gerobak ice cream. Terdengar lucu dan aneh? memang begitu tujuan kita membuat villain yang iconic layaknya Joker

Badut yang seharusnya adalah sosok yang lucu dan menyenangkan, justru kita akan ketakutan seumpama badut yang dimaksud adalah Joker. 

Maka penting sekali mencari simbol identitas pada seorang villain untuk menjadikanya menarik. 

Kira kira apakah sudah terlintas di kepala kalia, villain mana yang bisa memiliki background cerita yang gelap dan relatable dengan sekitar kita? Coba tulis komen dibawah
Post a Comment (0)
Previous Post Next Post