Seremeh Jarang Minum Air


Hal yang paling sering gua lupakan adalah meminum air. Kadang kalau tiba tiba teringat untuk minum, air putih tidak menjadi minuman pertama yang harus gua tenggak, justru yang gua utamakan adalah minuman minuman dengan pemanis buatan, meskipun sebenernya gua tahu itu bisa merusak kesehatan secara perlahan

Sebenarnya bokap sering ngingetin gua untuk selalu minum, minimal minum air putih dua liter katanya. Bokap bisa bilang begitu karena ia memperhatikan gua gak pernah membuka kulkas sesekali untuk minum atau mengambil segelas air putih dari dispenser.

Gua amat lupa akan semua hal itu. Di saat banyak sekali akitifitas seperti rebahan, ngeledekin adek, dan melamun, minum air putih minimal dua liter menjadi hal yang sering kali diabaikan. Jangankan ngingetin doi buat makan, gua pun untuk urusan minum air putih kerap kali ceroboh.

Hal ini kian menjadi. Apalagi, akhir akhir ini gua lagi edan minum kopi tiap malem, siang dan pagi. Minum kopi itu adiktif sekali ternyata (kalau ditambah dengan menghisap rokok, gua harap gak seadiktif mengkonsumsi kokain atau ganja), kopi bisa memberikan energi, semangat dan ide yang berlimpah limpah. Walaupun, sesekali kopi udah gua abisin duluan sebelum codingan tercompile. (baca: terkompail)

Hal ini terus terjadi, sampai gua ketika gua buang air kecil, gua melihat dengan dua mata kepala gua sendiri, , yang mengalir adalah air seni berwarna hitam pekat layaknya kopi. Gua kaget, gua khawatir jangan jangan gua terkena penyakit gagal ginjal atau semacamnya. Gua takut ginjal gua rusak, berpenyakit

Awalnya gua diem aja. Lagi pula, ketika air seni aneh itu keluar, gua gak merasakan sakit apa apa, gua kira ketika gua sering minum air putih , air kencing gua bakalan normal lagi. Dan alhamdulilah dugaan gua benar. Untuk kesekian kalinya gua buang air kecil, urin gua semakin bening.

Hingga pada suatu hari, ketika matahari mulai terbenam, dan mega merah mulai bergeliat. Gua merasakan rasa sakit perut hebat. Bukan sakit perut biasa. Sakit perut ini tidak menyebabkan buang air besar, sakit perut ini seolah berbicara ada yang salah di pinggang sebelah kiri gua. Rasa sakitnya juga menjalar hingga ke kemaluan bagian bawah. Akhirnya gua cerita ke nyokap gua, termasuk urin gua yang berubah menjadi air kopi

Rasa sakit itu mulai menjadi jadi, gua gak bisa lagi mengelak, akhirnya bokap dan nyokap membawa gua ke IGD malam itu juga, padahal ada jadwal ngaji di mushola terdekat.

Gua dibonceng bokap menggunakan motor matik yang sering keluar suara dredet dredet ketika melintasi jalanan rusak. Di atas motor gua menahan rasa sakit, pinggang sebelah kiri susah sekali diajak kompromi untuk tenang sejenak.

Gua akhirnya masuk ke ruang IGD, suster yang gua rasa parasnya cantik karena sebagian wajahnya tertutup masker, memasukkan termometer ke ketiak gua lewat kerah baju. Gua cuma bisa diam kebingungan, kesakitan, diliatin juga sama pasien yang lain.

Lalu gua disuruh berbaring, datanglah dokter yang gak terlalu tua dan tak terlalu muda, dia bertanya apa keluhan gua, gua menceritakan semuanya mulai dari rasa sakit di perut, hingga ke kemaluan, ia seolah olah mengerti lalu mengetes rasa sakit yang gua rasa dengan memukul punggung gua ke beberapa sisi, hingga gua merasa sisi sebelah kiri bawah adalah sisi yang paling menyakitkan jika dipukul.

Setelah dokter itu pergi, lalu datanglah suster yang gua rasa bukan suster yang barusan, karena bentuk  pinggulnya berbeda dan suaranya lebih halus. Dia menyuntikkan gua obat penghilang rasa sakit di lengan sebelah kiri. Nyokap ada di sebelah kanan. Setelah yakin semua cairan masuk ke dalam tubuh gua, Suster mencabut suntikan itu, terus gua tahan bekas suntikan dengan kapas anti septik.

Kata dokter sebelum ia meninggalkan gua, gua harus menjalani cek urin. Gua sudah menerima botol cangkir untuk menampung urin, kata nyokap cangkir itu jangan diisi urin penuh penuh. Katanya, nanti jijik bagi yang liat. Gua patuhi omongan itu, ya gimana lagi, kita ga boleh bantah omongan orang tua.  Waktu di dalam kamar mandi, gua buanglah urin yang sedikit telah tertahan,  ketika gua menengok kebawah tempat kemana air kencing yang gua keluarkan jatuh,  gua terperanjak kaget, awalnya gua mengira gua akan kencing dengan urin terlihat normal, ternyata tidak, gua mengeluarkan urin berwarna merah pekat. Seandainya gua lemah mental, gua bisa pingsan di tempat dan orang orang yang mengevakuasi gua, bisa mengira gua sedang menstruasi. Tapi mau ga mau gua harus mengambil mili semili urin merah ini. Gua keluar dengan perasaan bersalah, juga menahan malu. Gua mencuci bagian luar cangkir itu dengan air mengalir, lalu mengantonginya di jaket lengan. Gua berjalan menuju tempat tidur UGD yang saat itu ada bokap sedang menunggu

Gua bilang dengan bisik bisik
"Pak, masa kencingnya merah?"
"Lah?? Darah dong!?", reaksi bokap
Gua jadi tambah panik, "gimana pak aku malu"
"Ya udah biar bapak yang ngasih"
Akhir nya bokap berjalan menuju meja doktor tertentu, karena saking bingungnya bokap ia bergumam mengatakan "merah, merah, merah, merah", sambil membawa cangkir berisi urin itu. Gua tambah malu dan ga enakan sama pasien yang lain. Tapi mengingat  ini adalah ruang IGD, gua yakin pasti ada kejadian yang lebih aneh dari pada ini sebelumnya, setelah itu gua  ga peduli

Gua cuma bisa berbaring, nyokap dateng di samping gua. Ia bertanya bagaimana kelanjutannya, gua bilang urin gua yang warnanya merah itu kini sedang diuji. Gua harap, urin itu tak menjadi anomali  dalam kesehatan dunia medis.

Semakin lama berbaring, semakin gua menyadari kalau gua udah ga merasakan sakit apapun. Gua pun berfikir gimana baiknya kalau kita pulang sekarang juga, lalu gua mengutarakan itu ke nyokap
"Mak kok udah ga sakit. Pulang aja yuk"
"Lah kamu kayak bapak aja. Kemaren juga gitu waktu sakit hepatitis, pas udah disuntik terus rasa sakitnya ilang, malah minta pulang"
Emang bapak sama anak, bagaikan buah tak jatuh dibelah dua.

Hasil tes urinnya sudah keluar. Gua, nyokap, dan bokap melihat surat hasil tes itu dengan tatapan ingin memahami. Seperti sepasang orang tua yang ingin menyimpulkan hasil rapot anaknya. Disitu tertulis ada semacam istilah yang mengatakan gua punya kadar tinggi. Tapi untuk benda benda dengan istilah yang gua kurang familiar, semuanya normal. Gua cuma bisa berasumsi ada semacam infeksi atau pendarahan saluran kemih gua, yang membuat air kencing yang gua keluarkan berwarna merah. Btw jangan diterima dulu, ini baru asumsi sotoy gua

Sejak kejadian malam itu gua merutinkan minum air putih. Setidaknya dua botol tupperware sehari, mamak meyakini botol tupperware adalah takaran paling akurat di muka bumi ini mengalahkan liter dan galon.

Sekarang rasa sakit itu mulai hilang, air seni gua juga sudah berwarna sebagaimana seharusnya. Tantangan selanjutnya adalah gua gak boleh lupa minum obat dan makan, dan olah raga, dan ngblog dan mikirin dia yang sama sekali gak pernah mikirin aku. Dih
Post a Comment (0)
Previous Post Next Post